Saya dan Komunitas Stand Up Comedy Magelang

Sudah hampir dua bulan ini, saya bergabung di Komunitas Stand Up Comedy Magelang, dan sudah dua kali saya tampil open mic (yah, walaupun ndak pecah-pecah amat), dan sejauh ini, saya cukup menikmati.

Komunitas Stand Comedy Magelang ini berdiri sudah sejak tahun 2011. lebih tepatnya tahun 2011 akhir.

Untuk proses proklamirnya, masih terlihat blur, saya sendiri kurang tahu dengan tokoh-tokoh founding father yang menjadi pelopor berdirinya komunitas ini, karena memang pas saya gabung, ya komunitasnya sudah jadi. Referensi tentang sejarah berdirinya juga sulit saya temukan, yang saya ketahui praktis hanya bahwa akun twitter Stand up Comedy Magelang, yaitu @standupindo_MGL dibuat oleh Gilang Riski Habibullah atau yang lebih populer dengan panggilan Gilang Kecu ─yang kemudian saya ketahui juga merupakan ketua Stand Up Comedy Magelang Pertama.

Oke, tolong lupakan sejenak tentang sejarah berdirinya Komunitas Stand Up Comedy Magelang ini. Biarkan saya langsung menggiring anda pada inti postingan, tentang hubungan saya dengan komunitas ini, yang tentu saja saya awali dengan penampilan Open Mic pertama saya.

Open Mic pertama saya terlaksana pada hari Jumat saat Open Mic ke-33! edisi THR (Tawa Habis Romadhon) tanggal 23 Agustus 2013 di Coffe Toffe Magelang, karena waktu itu kebetulan masih dalam suasana syawal, maka tema yang harus dibawakan oleh para komika adalah seputar Hari raya Idul Fitri.

Saat pendaftaran, saya masih belum yakin, apakah saya jadi ikut open mic atau tidak, maklum, selama ini saya memang terbiasa dengan humor jalanan yang spontan, sehingga bagi saya kadang terasa susah untuk membawakan humor yang dikonsep seperti stand up comedy. Tapi pada akhirnya, saya mantapkan saja, toh lucu atau ndak lucu, nanti juga ndak bakalan ditanyakan sama malaikat di kubur sana.

Di Open mic pertama saya tersebut, saya datang bersama seorang kawan, sengaja saya ajak agar nanti bisa menjadi seksi dokumentasi.

Di Coffe Toffe, saya bagaikan orang linglung, maklum, pribadi yang sangat ndeso ini telah membiasakan saya untuk lebih bergaul dengan lingkungan warung kopi pinggiran ketimbang cafe. Saya pun kaget dengan harga kopi satu cangkirnya yang mencapai 12 ribu rupiah, kalau tau begitu, mungkin dari rumah saya akan bawa kopi sachet sendiri dari rumah dan di sana tinggal numpang seduh, yah minimal ngirit.

Saya datang terlambat, sehingga ndak sempat ambil nomor undian, yang pada akhirnya malah membuat saya kebagian jatah tampil di urutan ke dua belas, alias paling akhir kedua.

Waktu itu saya gugup setengah mati, bukan takut kalau nggak lucu, tapi takut kalau materinya lupa dan jadi terdiam tanpa bahasa di atas panggung sana. Tapi pada akhirnya, saya nekatkan saja, ini tantangan yang harus dihadapi, bukan untuk dihindari, prinsip saya waktu itu, "Jika Kimcil saja Wani perih, kenapa saya ndak?"

Bit saya yang waktu saya ingat cukup membuat banyak penonton tertawa adalah "Untung saja Ibu Fatmawati itu diambil istri sama Bung Karno, jadi pas upacara kemerdekaan, beliau njahit benderanya gampang, soalnya bendera Indonesia ya cuman gabungan merah dan putih, bayangkan jika dulu Ibu fatmawati diambil istri sama raja Arab, betapa gempornya tangan bu Fatmawati yang harus menjahit bendera arab yang bentuknya kaligrafi syahadat itu, pakai mesin pun mungkin butuh 2 hari, apalagi sulam tangan!"

Bit lain yang menurut saya cukup pecah adalah "Balapan itu ibadah, karena pembalap selalu ngebut, padahal, semakin ngebut seseorang, semakin dekat ia dengan Tuhan"

Semua bit-bit yang saya susun waktu itu saya bawakan dengan bahasa jawa. Bukan apa-apa, tapi saya merasa, selera humor lokal itu lebih mengena dengan bahasa daerah, sehingga yang kurang lucu pun jadi bisa terlihat sangat lucu. Dan terbukti, penampilan saya waktu itu tak terlalu mengecewakan.

Untuk penampilan open mic yang kedua, hanya dua minggu berselang dari pnampilan open mic saya yang pertama. Tak terlalu lucu, tapi lumayan-lah, ada yang tertawa, mungkin mentertawakan ketidaklucuan materi saya.

Tapi sayang, akhir-akhir ini saya jarang kumpul atau tampil open mic, Ndak tau kenapa. Mungkin sibuk sama kerjaan, maklum lah, pria karir *pria karir ndasmu

Ah luweh ndes, bersambung dulu.. Kalau ada waktu dilanjut lagi



Senin, 28 Oktober 2013

One response to Saya dan Komunitas Stand Up Comedy Magelang

  1. Viva La Komtung :O

    Salam satu tawa bro, dari Palembang :D